Pelepasliaran Harimau Sumatera “Ciuniang Nurantih”

Dharmasraya Sumatera Barat, 28 Februari 2021 – Peranan masyarakat dalam menciptakan harmonisasi antara manusia dengan satwa liar sangatlah penting. Dan sepanjang tahun 2020, kasus konflik manusia dengan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) terbilang cukup sering. Hal tersebut menjadi latar belakang perlunya strategi khusus dalam kegiatan pelepasliaran Harimau Sumatera. Pada tanggal 31 Januari 2021, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat, Yayasan ARSARI Djojohadikusumo dan Yayasan Sintas, melakukan pelepasliaran Harimau Sumatera berjenis kelamin betina bernama “Ciuniang Nurantih” di Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi.
Harimau betina berumur sekitar 2,5 tahun tersebut merupakan korban konflik dengan manusia yang terjadi di Jorong Surantih, Nagari Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat pada tanggal 13 Juli 2020. Tim rescue satwa liar BKSDA Sumatera Barat berhasil mengevakuasi harimau selanjutnya dibawa ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) di Nagari Lubuk Besar, Kecamatan Asam Jujuhan, Dharmasraya, Sumatera Barat untuk memperoleh penanganan medis dan proses rehabilitasi selama kurang lebih 7 bulan (212 hari).
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Wiratno, menyampaikan Pemerintah bersama para pihak terus berupaya mencegah dan menanggulangi konflik yang terjadi antara manusia dan satwa liar. Ketika konflik terjadi, sering satwa liar menjadi korban sehingga diperlukan kesadaran masyarakat yang berada di sekitar habitat harimau bahwa apabila daerahnya merupakan area rawan konflik maka segera laporkan ke BKSDA terdekat agar mendapatkan arahan terkait upaya mitigasi dan penanganan konflik satwa liar. “Kami mengucapkan terima kasih kepada Yayasan ARSARI Djojohadikusumo atas kerjasama yang baik dalam melakukan perawatan terhadap Ciuniang Nurantih hingga saat ini telah dilepasliarkan.” “Kami berharap harimau yang telah dilepasliarkan nantinya dapat beradaptasi secara baik di habitat alaminya sehingga kelestarian populasinya tetap terjaga di masa yang akan datang.”, pungkas Wiratno.


Plt. Kepala Balai KSDA Sumatera Barat, Lugi Hartanto menuturkan sejak diselamatkan dari lokasi konflik, kondisi kesehatan dan perilaku Ciunang Nurantih terus dipantau bersama tim PR-HSD ARSARI. Kegiatan pelepasliaran satwa dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada dengan menerapkan prinsip kehati-hatian agar tidak menimbulkan dampak negative baik pada satwa, habitat serta masyarakat sekitar. Pasca pelepasliaran, tim BKSDA Sumatera Barat bersama Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat akan melakukan monitoring terhadap keberadaan satwa tersebut guna memastikan bahwa satwa telah berhasil beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Ciuniang Nurantih telah menjalani program Rehabilitasi di PR-HSD ARSARI sejak 14 Juli 2020, dimana ia dievakuasi dari Jorong Surantiah, Nagari Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Sebelum dilepasliarkan, Ciuniang Nurantih telah menjalani serangkaian pemeriksaan Kesehatan oleh Tim Medis PR-HSD ARSARI yang dipimpin oleh Drh. Kartika Amarilis untuk memastikan kondisinya telah siap, baik secara fisik maupun psikis.
Pelepasliaran kali ini mendapat dukungan dari Kementerian Pertahanan RI berupa bantuan Helikopter Super Puma NAS 332 untuk translokasi Ciuniang dari site PR-HSD ARSARI sampai lokasi lepas liar. “Penggunaan Helikopter ini bukan hanya untuk mempersingkat waktu perjalanan saja, namun untuk memastikan bahwa lokasi pelepasliaran Harimau Sumatera tersebut terjamin keamanannya bagi satwanya dan tidak terjangkau oleh manusia.” Jelas Catrini Pratihari Kubontubuh selaku Direktur Eksekutif YAD. Selain penggunaan helicopter menuju lokasi pelepasliaran, lanjut Catrini, GPS Collar juga telah dipasangkan oleh tim PR-HSD ARSARI bersama dengan Balai KSDA Sumatera Barat dan mitra SINTAS (Save Indonesian Nature and Threatened Species). “GPS Collar ini dimaksudkan untuk memantau pergerakan dari Ciuniang, sebagai antisipasi apabila ia terpantau mendekati pemukiman.”, pungkas Catrini
Dalam kesempatan terpisah, Hashim Djojohadikusumo, Ketua Yayasan ARSARI Djojohadikusumo (YAD) menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak yang telah mendukung lepas liar ini. “Kami bangga bahwa di awal tahun dengan kondisi sulit di masa pandemic ini kita masih bias menyaksikan kembalinya satwa liar ke habitat alaminya”, ujar Hashim.